Selasa, 14 Januari 2014

KEBENARAN-Episode 1



KEBENARAN (Episode 1)



Pernahkah anda mendengar hal ini, “Apa yang benar bagi anda mungkin tidak benar bagi saya.”? Banyak pula orang akan memberitahu anda bahwa semua kebenaran sungguh-sungguh benar dari cara tertentu dalam memandang sesuatu atau sudut pandangnya (perspektif). Bahkan ada cerita lama tentang ‘enam orang buta dan gajah’ sering digunakan untuk menggambarkan dan mendukung posisi ini.
Adapun ceritanya berikut;
Ø     Seorang buta karena hanya merasakan belalainya, maka ia berpikir dan menyimpulkan bahwa gajah adalah ular atau seperti ular,
Ø     Seorang buta yang hanya memegang telinganya, menyimpulkan bahwa gajah adalah kipas atau tampah,
Ø     Seorang buta yang meraba tubuh gajah itu menyimpulkan bahwa gajah adalah tembok atau gunung,
Ø     Seorang buta yang memegang kakinya, menyimpulkan bahwa gajah adalah pohon atau tiang listrik,
Ø     Seorang buta yang memegang ekornya, menyimpulkan bahwa gajah adalah tali,
Ø     Sedangkan seorang buta yang terakhir memegang gadingnya, menyimpulkan bahwa gajah adalah tombak.
Sebagaimana uraian cerita di atas digunakan untuk menggambarkan dan mendukung, serta membuktikan bahwa apa yang anda pikirkan benar hanya merupakan masalah sudut pandang (perspektif) terhadap sesuatu.
Perlu ditunjukkan di sini bahwa semua (6) orang buta itu  salah. Tidak satu pun dari kesimpulan mereka benar, jadi ilustrasi ini tidak berbicara apapun tentang kebenaran. Sesungguhnya dalam ilustrasi tersebut ada ‘kebenaran objektif’ yang tidak berhasil mereka temukan. Demikian juga pernyataan, “Semua kebenaran tergantung perspektif,” bisa merupakan pernyataan absolut atau tergantung perspektif. Jika pernyataan itu bersifat perspektif, tidak ada alasan untuk berpikir bahwa itu adalah pernyataan yang benar secara absolut─itu hanya masalah perspektif. Pernyataan itu gagal dalam cara apapun.
Apakah Kebenaran Bersifat Relatif atau Absolut?
Klaim bahwa kebenaran bersifat relatif bisa dipahami dalam dua cara. Apakah kebenaran bersifat relatif dibandingkan ruang dan waktu (itu benar pada saat itu, tetapi sekarang tidak), atau relatif dibandingkan orang (benar bagi saya, tetapi tidak benar bagi anda). Sedangkan kebenaran absolut menyiratkan paling tidak dua hal:
(1)   Bahwa apa yang benar pada suatu waktu dan di suatu tempat, benar sepanjang waktu dan semua tempat,
(2)   Bahwa apa yang benar bagi satu orang benar bagi semua orang. Kebenaran absolut tidak berubah. Sementara kebenaran relatif berubah dari waktu ke waktu dan dari orang ke orang.
Penganut relativisme akan menyatakan pernyataan, “Pensil di sebelah kertas catatan,” relatif karena tergantung dari sisi meja mana anda berdiri dan memandangnya. Tempat selalu relatif tergantung sudut pandang, kata mereka. Tetapi kebenaran juga bisa terikat waktu. Pada suatu waktu, sepenuhnya benar untuk berkata, “Soekarno adalah presiden,” jika pada masa Orde Lama, tetapi tidak seperti itu lagi sekarang. Hal itu benar pada suatu waktu di mana pernyataan itu diucapkan tanpa dapat dibatalkan.
Demikian pula, penganut relativisme menyatakan bahwa kebenaran itu tergantung pada orang yang membuat pernyataan dan juga tergantung pada pandangan orang yang membuat pernyataan itu, serta makna yang ia maksudkan. Seperti contoh, “Saya sedang dipidana,” mungkin benar bagi saya tetapi tidak berlaku bagi semua orang lain yang ada di muka bumi ini. Semua pernyataan hanya benar dalam kaitannya dengan orang yang membuat pernyataan itu.
Dengan melihat penjelasan di atas, tampak ada kesalahpahaman di sana. Penafsiran penganut relativisme tampaknya menyesatkan. Berkaitan dengan waktu dan tempat, sudut pandang (perspektif) pembicara, yang bersifat temporal dan spasial, dipahami melalui pernyataan itu. Misalnya, “Soekarno adalah presiden,” ketika dikatakan pada masa Orde Lama benar dan itu akan selalu benar. Hal itu tidak akan berhenti benar sampai kapan pun, bahwa Soekarno adalah presiden pada masa Orde Lama, itu adalah kebenaran absolut.
Ada beberapa keuntungan bagi relativisme, itu berarti bahwa mereka tidak pernah salah. Selama itu benar bagi saya, saya tetap benar meskipun saya salah! Begitulah kata mereka. Bukankah itu menyenangkan? Kekurangannya adalah bahwa mereka tidak akan pernah belajar sesuatu, karena belajar berarti pindah dari kepercayaan yang salah ke yang benar-absolut salah ke absolut benar.



_________________________by Viswandro for Contemplation, Jan. 14th, 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar